Alasan Mengapa Sebaiknya Hanya Menggunakan Windows Defender Sebagai Antivirus

Sebagai alasan keamanan , kebanyakan user akan menginstall lebih dari satu antivirus. Misalnya pengguna Windows 10 menginstall antivirus pihak ketiga , padahal pada Windows 10 itu sendiri sudah dibekali antivirus bawaan yaitu Windows Defender. Bahkan ada juga user yang menginstall lebih dari 1 antivirus dengan tujuan biar semakin kuat keamanannya.

Anggapan mirip ini sebenarnya tidak benar sama sekali. Jika dalam satu sistem komputer terapat 2 antivirus atau lebih , maka yang akan terjadi yaitu perperangan antar antivirus itu. Logikanya , saat kegiatan antivirus melaksanakan scanning , maka kedua antivirus akan berebut. Nantinya , siapa yang menang atau mampu memindahkan virus ke karantina , maka antivirus yang lain akan menunjukkan peringatan bahwa ada satu buah virus terdeteksi dan begitu juga seterusnya. Hal ini dapat menurunkan kinerja komputer yang sedang berjalan.

Pasang antivirus dengan tujuan pertahanan , eh ini kok malah nurunin performa apalagi kalau hingga buat komputer rusak. Tentunya kau tidak ingin hal itu terjadi kan? Makanya pengguna Windows 10 itu beruntung loh karena memiliki Windows Defender sebagai kegiatan pertahanan dari serangan virus. Sebenarnya dengan menggunakan Windows Defender saja sudah cukup kok untuk membuat komputer kau menjadi lebih aman.

Alasan Mengapa Sebaiknya Hanya Menggunakan Windows Defender Sebagai Antivirus

Dikutip dari postingan blog Mantan Developer Mozilla , Robert O’Callahan , Umumnya developer software antivirus pihak ketiga tidak mengikuti standar praktik keamanan , sehingga dapat menyebabkan banyak keganjilan dalam keamanan. Hal ini berbanding terbalik dengan Microsoft yang secara kompeten mengikuti prosedur dalam praktik keamanan.

O’Callahan juga membeberkan pengalamannya saat masih bekerja sebagai developer di Mozilla. Ketika itu , dia memastikan bahwa ASLR bekerja di Firefox pada Windows , vendor Antivirus merusaknya dengan cara menginjeksi dengan ASLR mereka sendiri dan kemudian menonaktifkan DDL "kumpulan perintah untuk proses pengolahan data di database" ke dalam proses tersebut. ASLR yaitu pengacakan tata letak alamat yang berfungsi untuk merandom lokasi memory library , stack , heap , dan struktur data lainnya sehingga penyusup yang akan mengeksploitasi bug memori tidak mampu mengetahui lokasi mana yang akan disusupi arahan jahat.

Bagaimana hasilnya kalau vendor melaksanakan hal mirip itu? Ekosistem software akan teracuni oleh produk antivirus kareana hal di atas. Hal ini juga dapat menyebabkan vendor browser dan developer lainnya sulit dalam meningkatkan keamanan mereka sendiri. Masih banyak lagi cerita pengalaman O’Callahan , sudah beberapa kali software antivirus memblokir update Firefox , sehingga penggunanya tidak dapat mendapatkan perbaikan keamanan penting. Sangat disayangkan sekali kalau hal mirip ini terjadi.

Dapat teman-teman ketahui juga bahwa ini semata-mata hanya menyebarkan pengalaman seorang mantan developer Mozila Firefox. Tidak ada sama sekali niat untuk menjelek-jelakkan vendor antivirus yang ingin terus mengembangkan produk-produknya.

Kaprikornus , sebagai pengguna Windows 10 sebenarnya harus bersyukur karena sudah memiliki Windows Defender sebagai antivirus yang memiliki fitur yang komplit dalam pengamanan komputer. Kalau teman-teman ada pengalaman mirip yang dibahas pada artikel ini , silahkan bagikan pada kolom komentar di bawah ini ya.